Ibu merupakan sosok yang
dibanggakan dan sangat dihormati oleh anak. Tidak terkecuali ibu dari tiga anak
ini yang lahir pada 7 Juli 1964. Ibunda yang bernama lengkap Syane Agus
Nursalim lahir di Makassar, 7 Juli 1964. Ibunda memulaijenjang pendidikannya
dari SD Gamaliel, SMP Gamaliel dan
berakhir setelah lulus dari SMA Gamaliel. Setelah selesai bersekolah Ibunda
memutuskan untuk membantu Ayah serta Ibunya mengelola usaha.
Tiga puluh satu tahun
yang lalu Ibunda memutuskan untuk menikah dengan Pertus Kirda (suaminya
sekarang) dan kini mereka memiliki tiga orang anak. Keuletannya menjalankan
pekerjaan dagangnya dari warisan orang tua hingga Ibunda bisa menyekolahkan
anaknya yang pertama sampai bangku kuliah. Tidak hanya anak pertamanya namun
anak keduanya juga sedang mengenyam bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) dan anak
ketiganya sedang mengenyam bangku SD (Sekolah Dasar). Hal ini membuktikan bahwa
tidak hanya orang-orang tertentu yang bisa bersekolah, namun karena keuletannya
maka anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan tersebut.
Terkadang sambil
memasak, Ibunda selalu bercerita tentang masa kecilnya membantu Ayah dan Ibu
sebagai penjualgorengan seperti : goreng pisang, goreng godok, goreng ubi dan
lain sebagainya. Ketika itu, Bunda sering terlambat datang ke sekolah karna
menunggu gorengannya sampai laku terjual semua. Kadang – kadang teman –
temannya sudah sudah pulang dari sekolah barulah ia sampai ke tempat
sekolahnya. Orang tuanya , juga tidak marah apabila tidak masuk sekolah
pada hari itu.
Motivasi Ibunda untuk bersekolah pada waktu itu patut di acungi jempol , karna
begitu banyak halangan dan rintangan dalam menempuh dunia
pendidikannya.Ayahnya sebagai seorang kepala keluarga, tidak ingin kalau
anaknya itu melanjutkan sekolah apabila jauh dari Sang Ayah. Mungkin ada faktor
yang menyebabkan hal tersebut , karena Ibunda adalah anak
yang paling disayang sebab tinggal Ibunda anak perempuan yang masih tinggal
dengan orang tuanya sementara saudara-saudaranya yang lain sudah mencari kerja
dan tinggal jauh dari orang tua.
Tetapi bagaimana cara mendisiplinkan penggunaan uang sesuai
dengan kebutuhan pada saat itu. Ayahnya, tidak pernah memberikan
uang jajan yang berlebih kepadanya.. Terkadang timbul niat jahatnya,
bahwa Ibunda ingin sekolah jauh dari sang ayah. Itu semua tujuan bunda agar
bisa mandiri dan bisa mencari uang.
“Orang tua tidak mungkin mendidik anak-anaknya kejalan yang salah,” itulah kata
ibunda. Ternyata dedikasi seorang Ayah seperti itu berbuah manis bagi Sang
Bunda. Begitu sangat dirasakan olehnya pada saat Bunda telah duduk dibangku
SMP. Ibunda tumbuh menjadi sosok yang sederhana dan sangat menghargai apa yang
telah di amanahkan Ayahnya.
Kehidupannya yang sekarang
sebagai pedagang dilakukan hanya demi membiayai anak-anaknya bersekolah agar
anak-anaknya lebih baik dari dirinya. Apapun akan Ibunda lakukan untuk
menyekolahkan anak-anaknya, Meski Ibunda mengakui bahwa yang dilakukannya tidak
lain untuk membantu suaminya.
Dalam menjalani kehidupannya,
disela-sela waktu luangnya, Ibunda memiliki banyak sekali kegiatan selain
mebuat kue Ibunda juga aktif dalam kegiatan gereja. Meski banyak sekali
kegiatan yang diikuti dan belum ada penghargaan yang didapatnya Ibunda merasa
senang dengan apa yang Ibunda jalani. Ibunda beranggapan waktunya tidak hanya
untuk berdagang, namun memiliki kegiatan lain untuk menambah wawasan.
Selain memiliki kegiatan
lain diluar rumah Ibunda juga tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu
yang wajib membimbing anak-anaknya di rumah baik secara Spiritual maupun
emosional. Ibunda paling menekankan kedisiplinan dalam belajar,bekerja,dan
sebagainya Hal ini dilakukannya karena Ibunda mengjarkan bahwa berdoa dan
bekerja itu harus seimbang . Selain membimbing kami di rumah, karena
keterbatasannya menguasai pelajaran sekarang Ibunda pun tidak kehabisan akal,
Salah satunya adalah menganjurkan anak-anaknya mengikuti les di luar sekolah.
Hal ini Ibunda lakuakan karena ingin melihat anak-anaknya sukses.
Meski kegiatannya di
rumah sangat banyak Ibunda tak lupa menasehati anak-anaknya, baik memberi
motivasi, saran, kritik dan sebagainya. Kini Ibunda memasuki usia 49 tahun
lebih, namun keikutsertaannya di beberapa kelompok sosial masih dijalaninya.
Ibunda beranggapan bahwa dengan mengikuti kelompok-kelompok tersebut dirinya
bisa mudah untuk bersosialisasi baik dalam lingkup sempit maupun dalam lingkup
luas.
Penulis belajar dari pengalaman bunda. Sungguh
untuk mencapai sesuatu itu pasti ada pengorbanannya. Ibunda adalah seorang
wanita yang telah memperjuangkan hidup dan matinya, agar kami dapat terlahir
kedunia ini. Sungguh besar pengorbanan Ibunda yang memberikan segenap jiwanya,
hidupnya, kasih sayangnya yang tidak akan bisa tergantikan.
Tangisan penulis diwaktu kecil
bagaikan nyanyian yang merdu baginya.Tengah malam menganggu tidurnya bukanlah
hal yang sulit untuk Ibunda terbangun, lalu membelai penulis dengan kasih dan
sayang.Sungguh luar biasa perjuangan Ibunda.
Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Maria Monica Panggalo, S.Pd
sebagai Guru Pembibing bidang studi bahasa indonesia yang telah memberikan
penulis banyak ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan biografi ini.
good
BalasHapusterimakasih contohnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmaniss
BalasHapusthanks for the example
BalasHapusSiip,terimakasih kunjungannya
BalasHapusiya biografi bagus sekali tau
BalasHapus